Home » » Hari Kartini

Hari Kartini

Written By Unknown on Friday, April 21, 2017 | 7:37 AM


Mengenang sosok yang dikenal sebagai pahlawan hak asasi manusia di Indonesia, terdapat berbagai macam peringatan yang dilakukan oleh berbagai individu maupun kelompok tertentu. Latar belakang tersebut, kami Himpunan Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura memperingati hari kartini dengan pembuatan karya berupa puisi dan opini. Pemikiran dari ilmu sosiologi yang dipadukan dengan sastra, dan berikut karya-karya tersebut.



KARTINI : DULU, SEKARANG DAN AKAN DATANG
Oleh: Ekna Satriyati, S.S, M.Hum

DULU :
Wanita tidak memiliki kesempatan berpendapat....
Wanita tidak memiliki kesempatan berpendidikan....
Wanita tidak memiliki kesempatan menentukan hidup....
Wanita tidak memiliki kesempatan memilih......

Kartini lahir dan besar dengan semua ketiadaan kesempatan...
Kartini bangun dan bergerak dengan semangat semua wanita punya kesempatan....
Kartini bangkit dan ubah batas wanita dengan kesempatan...
Kartini hidup dan berjuang dengan harapan semua wanita punya kemampuan....

Semangatnya mengubah tiada menjadi ada....
Gerakannya menjadi inspirasi bagi semua wanita untuk mewujudkan mimpi....
Perjuangannya menghilangkan batas impian menjadi kenyataan.....
Capaiannya menjadi motivasi bagi semua wanita untuk menghilangkan batas.....

KINI :

Wanita telah memiliki kesempatan berpendapat seluas-luasnya...
Wanita telah memiliki kesempatan berpendidikan setinggi-tingginya....
Wanita telah memiliki kesempatan menentukan hidupnya sendiri...
Wanita telah memiliki kesempatan memilih apapun maunya.....

Kartini tiada namun semangatnya tetap membara pada setiap hati wanita Indonesia
Kartini hilang namun gerakannya tetap menjadi roda perjuangan wanita Indonesia
Kartini mati namun perjuangannya tetap melekat pada kemampuan wanita Indonesia
Kartini lenyap namun capaiannya tetap membangun semua kesempatan wanita Indonesia

Semua tidak sia-sia, kesempatan telah diraih wanita
Namun, mampukah wanita mempertahankan kesempatan yang telah ada ?
Semua tidak sirna, harapan telah dipenuhi untuk wanita
Namun, siapkah wanita memperjuangkan harapan menjadi nyata ?

AKAN DATANG :

Mungkin, wanita tidak hanya memiliki pendapat seluas-luasnya....
Mungkin, wanita tidak hanya memiliki pendidikan setinggi-tingginya....
Mungkin, wanita tidak hanya memiliki penentuan hidupnya sendiri...
Mungkin, wanita tidak hanya memiliki segalanya....

Kartini mungkin sudah hilang dalam ingatan wanita masa datang,
Namun, kesempatan berpendapat dan berpendidikan telah diwariskan....
Kartini mungkin akan lenyap dalam pemikiran wanita masa depan,
Namun, kesempatan menentukan hidup dan kemauan telah diberikan....

Kartini-kartini muda akan tumbuh dan berkembang meraih keinginan jaman....
Kartini-kartini belia akan bangun dan bergerak menggapai harapan masa.....
Semoga kartini-kartini masa datang meski jaya namun tidak melampaui kodrati
Semoga kartini-kartini masa depan meski pandai namun tetap menghormati tradisi



 KAU KARTINI (?)
Oleh: Titik Andriyani

Kau Kartini?
            Yang bermata bak bintang timur
            Nan berbibir laksana delima merekah
Kau Kartini?
            Yang acuh tak acuh akan rambu merah kehidupan, buah karya budaya
            Pula tak kenal batas, tak rela ditenggelamkan sepatu kuda
Kau Kartini?
            Yang lupa akan senja lantas yakin akan gemilangnya sang surya
            Tanpa ragu menyelami samudera demi mengangkat harga diri kaumnya
Kau Kartini?
            KAU KUPU-KUPU BAJA! YANG MENEBAR SERBUK ENERGI KEADILAN



KONDE MU
Oleh: Revian Rengga Julian Pratama
Konde Mu?
Untuk apa kau letakkan di kepala?
Untuk apa dia berada di atas?
Untuk apa dia di perlihatkan?

Konde Mu
Laksana mahkota yang begitu bertahta
Laksana ratu yang kita junjung tinggi
Laksana perhiasan cantik yang begitu menarik

Tak satupun orang melupakan mu
Tak satupun orang tak memperbincangkan mu
Tak satupun orang akan berpaling dari mu
Tak satupun orang tak berterimakasih pada mu

Hiasan di kepala itu tak akan habis terngiang rupanya di kepala
Keringat perjuangan mu akan menjadi garam yang sangat asin
Bumbu kehidupan Indonesia tanpa garam mu tak akan menjadi kenikmatan
Kau lah lambang, sumber, harapan, ibu... Kartiniku



KARTINI
Oleh: Indah Juniwindari
Ketidakadilan yang menyelimuti
Para hawa Indonesia
Berabad-abad
Kau sibakkan

Engkau lentera
Bagi kunang kunang di tengah malam
Menggapai cahaya
Untuk berkilat bersama

Kau dobrak segala kekeliruan.
Kau gelar pendidikan
Kesamaan nasib dan perjuangan
Kau buat kami tak gentar
Menuju ke baris terdepan

Terimakasih dari kami
Semangat dan kegigihanmu
Telah menggelora pada kartini muda 
Bergulung-gulung ombak semangat

Telah membuat
Kami berpijar di nusantara
Melucuti belenggu
Yang mengikat para perempuan Indonesia

Kartini, jasamu tiada tara
Bagi kaum perempuan
Bagi bangsa dan negara
Indonesia



GEJOLAK EMANSIPASI WANITA “KARTINI”
Oleh: Fathul Adhan

Berakar pena pikir belaka
Berlimbah masa bersinggung derajat
Sekilas Kartini sebagai wanita
Ia rakyat, tergolong ningrat
Kisahnya atas tanah Jepara
Sukar terima kodrat seorang wanita
Bukan tidak karena merdeka
Tapi seorang diri terus berkaca
Dalam hati “aku berada dimana ?”
Sesaat kobaran semangat memberadakan wanita
Tercipta kepalsuan pahlawan mau dikata
21 April wilad membumi Jawa
Tak sampai seberang pulau dermaga
Apalagi Indonesia
Itu sebelah timur sudah, bukan lagi Jepara, Jawa
Sadarkah limbahan masa, emansipasi pada dirimu wanita
Kodratmu bangga terjaga
Tak ada kekang, perintah, kewajiban, merendahkan
Melangkah dekade depan dari wacana kelam
Limbahan masa tergolong wanita mengaju banding ningrat
Pemimpin barisan tanpa kodrat dibawa
Sebuah ideologi
Emansipasi wanita


GULANA KARTINI
Oleh: Ahmad Fatahillah
Kumengenal ibu Kartini lewat cerita
Dia ibu seluruh manusia
Demi bangsa Indonesia
Berjuang untuk kaumnya perempuan bukan untuk waria

Kutahu ibu Kartini dari sejarah
Keluarga musnah
Demi penduduk bangsa Indonesia
Kenapa oh kenapa ?

Namun kini ku tlah berjumpa
Citaku membumbung, terbang dibalik angkasa
Engkau bunga bangsa Indonesia
Oh ibu yang harum namanya

Sesosok ibu Kartini yang nyata
Bidadari berselendang biangla
Menjunjung tinggi derajat wanita Indonesia
Namun emansipasimu sekarang tak bermakna sama



KEBEBASAN WANITA
Oleh: Shofiya Hidayati

Tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Banyak yang mengatakan hari untuk wanita. Demikian karena pada hari itu kita diajak untuk mengenang kembali perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak wanita. Telah banyak yang seorang Kartini lakukan sehingga wanita mendapat tempat dan pengakuan dimuka umum. R.A. Kartini mempunyai peran penting dalam menciptakan emansipasi wanita. Emansipasi sendiri terdapat beberapa hal penting yaitu tentang kebebasan. Dengan adanya emansipasi, kita dibebaskan untuk memilih sesuai keinginan kita. Dalam hidup kita tidak pernah lepas dari yang namanya pilihan. Terkadang seseorang melihat pilihan tersebut terbatas ataupun dibatasi. Quote R.A. Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” menjadi penggerak bagi kaum wanita untuk berani membuat pilihan dan memperjuangkan pilihan yang dipilihnya.
Hari Kartini membuat saya menghargai kesempatan untuk mendalami pilihan yang telah saya pilih. Membuat saya berani memperjuangkan pilihan sampai saya meraihnya. Hari Kartini pula mengingatkan saya untuk selalu bersyukur karena saya dilahirkan sebagai wanita dan dari wanita yang hebat. Dan juga mengajarkan saya untuk menghormati perempuan-perempuan diluar sana yang sudah memperjuangkan pilihannya. Menjadi generasi Kartini muda yang lebih baik dan mengispirasi.



Kartini Dan Mimpi Indonesia 2030
Oleh: Alfiatul Khairiyah

            R.A kartini telah berperan besar dalam menjunjung tinggi hak dan pembebasan kaum perempuan dari kungkungan feodalisme yang kental pada zaman dulu. Ia memiliki pemikiran yang luar biasa pada masanya. Pergolakan batinnya pada perempuan pribumi melahirkan mimpi besar akan emansipasi wanita yang telah dibuktikan menjadi sebuah kenyataan. Sehingga perempuan Indonesia bebas dari belenggu keterbelakangan, baik dari pendidikan dan lainnya. Sosok perempuan yang futuristik ini kemudian dikenal dan dikenang perjuangannya sebagai pelopor bangkitnya perempuan pribumi.
            Kartini juga berhasil membuka cakrawala manusia Indonesia dan menciptakan perubahan pada sistem kultur Indonesia yang kaku melalui pendidikan pada kaum perempuan. “Kartini adalah orang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia yang menutup zaman tengah, zaman feodalisme pribumi yang “sakitan” menurut istilah Bung Karno. Bersamaan dengan batas sejarah pribumi ini, mulai berakhir pula penjajahan kuno Belanda atas Indonesia dan memasuki babak sejarah penjajahan baru; imperialisme modern” (Toer, 2009:12).
            Hari ini, tercapai sudah mimpi kartini akan emansipasi wanita di Indonesia lewat perjungannya. Apalagi mulai bermunculannya atau lahirnya kelompok-kelompok feminisme. Sehingga, berkembang pulalah perempuan yang berkiprah dan menghiasi dunia pendidikan, industri, dan lainnya. Perempuan juga mulai berkarir dan dihadapkan dengan berbagai pilihan pekerjaan layaknya laki-laki. Bahkan, di ruang pendidikanpun perempuan sudah mulai mendominasi dalam berkontribusi dan berprestasi serta mengembangakan sumber daya manusia bangsa.
            Setelah langkah awal dilewati, perjuangan membuahkan hasil, ternyata cerita masih belum usai. Episode masih berlanjut pada langkah selanjutnya. Saat perempuan berhasil memperjuangkan haknya dan berjuang untuk pembebasannya dari budaya yang kaku. Ada budaya baru yang tiba tiba masuk dalam kehidupan. Modernisasi merupakan tantangan baru bagi kaum perempuan untuk menegakkan kembali haknya. Masih terdapat peroblem klasik yang pada era modernisasi saat ini semakin tidak dapat dihentikan dan belum mampu terselesaikan.
            Kekerasan terhadap perempuan, problem yang masih berkembang dikalangalangan masyarakat, khusunya kekerasan seksual. Di Kalimantan Barat, misalnya, kekerasan terhadap perempuan cenderung meningkat, dari 21 kasus di tahun 2015 menjadi 30 kasus pada tahun 2016. Kasus ini mencakup kekerasan fisik, seksual, dan verbal (KOMPAS, 9 Maret 2017). Semakin maraknya kasus yang terjadi pada perempuan membuat saya berpikir apakah emansipasi wanita pada era ini layaknya cerita dalam novel Mary Shelley, terdapat tokoh di dalamnya bernama Victor Farnkenstein yang hanya ingin menghidupkan kembali orang mati, tapi nyatanya makhluk itu melebihi keinginannya dan menjadi moster yang memangsa pembuatnya sendiri. Singkatnya, apakah emansipasi wanita telah berkembang melampaui batasnya, hingga perempuan saat ini rentan menjadi korban kekerasan seksual? Atau malah sebaliknya, proyek emansispasi wanita belumlah selesai pada titik akhir dan dan masih jauh dari cita-cita? Saya rasa, kartini-kartini barulah yang mampu menjawab pertanyaan ini.
            Dalam hal lain, Siti Eni sebagai kordinator lapangan pengurus pusat Federasi Persatuan Buruh Perjuangan Buruh- Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia Bandung Raya mengatakan bahwa buruh perempuanlah yang rentan menjadi korban kekerasan dan kejahatan seksual. (KOMPAS, 9 Maret 2017). Modernisasi, industrialisasi, dan westernisasi atau eropanisasi merupakan tantangan bagi perempuan  Indonesia saat ini. Dimana, gaya hidup masyarakat sudah berubah, dari kultur kaku menjadi kultur yang fleksibel, dari sini berpeluang untuk lahirnya kembali korban-korban kekerasan seksual pada perempuan terbuka lebar.
            Padahal, Indonesia memiliki komitmen global untuk masuk pada 10 negara besar yang membawa kesetaraan jender di tahun 2030. Namun, kasus-kasus sebelumnya menunjukkan bahwa kesetaraan jender Indonesia saat ini masih pincang karena minimnnya rasa saling menghargai khusunya pada kaum perempuan. Seharusnya, hak hak perempuan dan pembebasannya dari sebuah perbudakan dibarengi dengan rasa mengahargai terhadap kaum perempuan.
Kasus perempuan sebagai korban dan objek kejahatan seksual tidak lain adalah sebuah bentuk ketidakbebasannya kaum perempuan dan merupakan bentuk perbudakan pada kaum perempuan dalam dimensi baru yakni pada aspek pemuasan seksual. Oleh karena itu, cerita ini belum usai, mimpi Kartini masih perlu diperjuangkan dan diteruskan. Siapa Kartini selanjutnya? Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri sebagai perempuan. agar mimpi Indonesipun tercapai pada tahun 2030. Selamat berjuang kartinni baru.
(Toer, Pramoedya Ananta. 2009. Panggil Aku Kartini Saja. Lentera dipantara: Jakarta.)
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. HMP Sosiologi | Universitas Trunojoyo Madura - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger