Mengenang sosok yang dikenal sebagai pahlawan hak asasi manusia di Indonesia, terdapat berbagai macam peringatan yang dilakukan oleh berbagai individu maupun kelompok tertentu. Latar belakang tersebut, kami Himpunan Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura memperingati hari kartini dengan pembuatan karya berupa puisi dan opini. Pemikiran dari ilmu sosiologi yang dipadukan dengan sastra, dan berikut karya-karya tersebut.
KARTINI : DULU,
SEKARANG DAN AKAN DATANG
Oleh: Ekna
Satriyati, S.S, M.Hum
DULU :
Wanita
tidak memiliki kesempatan berpendapat....
Wanita
tidak memiliki kesempatan berpendidikan....
Wanita
tidak memiliki kesempatan menentukan hidup....
Wanita
tidak memiliki kesempatan memilih......
Kartini
lahir dan besar dengan semua ketiadaan kesempatan...
Kartini
bangun dan bergerak dengan semangat semua wanita punya kesempatan....
Kartini
bangkit dan ubah batas wanita dengan kesempatan...
Kartini
hidup dan berjuang dengan harapan semua wanita punya kemampuan....
Semangatnya
mengubah tiada menjadi ada....
Gerakannya
menjadi inspirasi bagi semua wanita untuk mewujudkan mimpi....
Perjuangannya
menghilangkan batas impian menjadi kenyataan.....
Capaiannya
menjadi motivasi bagi semua wanita untuk menghilangkan batas.....
KINI
:
Wanita
telah memiliki kesempatan berpendapat seluas-luasnya...
Wanita
telah memiliki kesempatan berpendidikan setinggi-tingginya....
Wanita
telah memiliki kesempatan menentukan hidupnya sendiri...
Wanita
telah memiliki kesempatan memilih apapun maunya.....
Kartini
tiada namun semangatnya tetap membara pada setiap hati wanita Indonesia
Kartini
hilang namun gerakannya tetap menjadi roda perjuangan wanita Indonesia
Kartini
mati namun perjuangannya tetap melekat pada kemampuan wanita Indonesia
Kartini
lenyap namun capaiannya tetap membangun semua kesempatan wanita Indonesia
Semua
tidak sia-sia, kesempatan telah diraih wanita
Namun,
mampukah wanita mempertahankan kesempatan yang telah ada ?
Semua
tidak sirna, harapan telah dipenuhi untuk wanita
Namun,
siapkah wanita memperjuangkan harapan menjadi nyata ?
AKAN
DATANG :
Mungkin,
wanita tidak hanya memiliki pendapat seluas-luasnya....
Mungkin,
wanita tidak hanya memiliki pendidikan setinggi-tingginya....
Mungkin,
wanita tidak hanya memiliki penentuan hidupnya sendiri...
Mungkin,
wanita tidak hanya memiliki segalanya....
Kartini
mungkin sudah hilang dalam ingatan wanita masa datang,
Namun,
kesempatan berpendapat dan berpendidikan telah diwariskan....
Kartini
mungkin akan lenyap dalam pemikiran wanita masa depan,
Namun,
kesempatan menentukan hidup dan kemauan telah diberikan....
Kartini-kartini
muda akan tumbuh dan berkembang meraih keinginan jaman....
Semoga
kartini-kartini masa datang meski jaya namun tidak melampaui kodrati
Semoga
kartini-kartini masa depan meski pandai namun tetap menghormati tradisi
Oleh: Titik Andriyani
Kau
Kartini?
Yang bermata bak bintang timur
Nan berbibir laksana delima merekah
Kau
Kartini?
Yang acuh tak acuh akan rambu merah
kehidupan, buah karya budaya
Pula tak kenal batas, tak rela
ditenggelamkan sepatu kuda
Kau
Kartini?
Yang lupa akan senja lantas yakin
akan gemilangnya sang surya
Tanpa ragu menyelami samudera demi
mengangkat harga diri kaumnya
Kau
Kartini?
KAU KUPU-KUPU BAJA! YANG MENEBAR
SERBUK ENERGI KEADILAN
KONDE
MU
Oleh: Revian Rengga Julian Pratama
Konde Mu?
Untuk apa kau letakkan
di kepala?
Untuk apa dia berada di
atas?
Untuk apa dia di
perlihatkan?
Konde Mu
Laksana mahkota yang
begitu bertahta
Laksana ratu yang kita
junjung tinggi
Laksana perhiasan cantik
yang begitu menarik
Tak satupun orang
melupakan mu
Tak satupun orang tak
memperbincangkan mu
Tak satupun orang akan
berpaling dari mu
Tak satupun orang tak
berterimakasih pada mu
Hiasan di kepala itu
tak akan habis terngiang rupanya di kepala
Keringat perjuangan mu
akan menjadi garam yang sangat asin
Bumbu kehidupan
Indonesia tanpa garam mu tak akan menjadi kenikmatan
Kau lah lambang, sumber, harapan, ibu... Kartiniku
KARTINI
Oleh: Indah
Juniwindari
Ketidakadilan
yang menyelimuti
Para hawa Indonesia
Berabad-abad
Kau sibakkan
Berabad-abad
Kau sibakkan
Engkau
lentera
Bagi kunang kunang di tengah malam
Menggapai cahaya
Untuk berkilat bersama
Bagi kunang kunang di tengah malam
Menggapai cahaya
Untuk berkilat bersama
Kau
dobrak segala kekeliruan.
Kau gelar pendidikan
Kesamaan nasib dan perjuangan
Kau buat kami tak gentar
Menuju ke baris terdepan
Kau gelar pendidikan
Kesamaan nasib dan perjuangan
Kau buat kami tak gentar
Menuju ke baris terdepan
Terimakasih
dari kami
Semangat dan kegigihanmu
Telah menggelora pada kartini muda
Bergulung-gulung ombak semangat
Semangat dan kegigihanmu
Telah menggelora pada kartini muda
Bergulung-gulung ombak semangat
Telah membuat
Kami berpijar di nusantara
Kami berpijar di nusantara
Melucuti
belenggu
Yang mengikat para perempuan Indonesia
Yang mengikat para perempuan Indonesia
Kartini, jasamu tiada tara
Bagi kaum perempuan
Bagi bangsa dan negara
Bagi kaum perempuan
Bagi bangsa dan negara
Indonesia
GEJOLAK EMANSIPASI WANITA “KARTINI”
Oleh: Fathul Adhan
Berakar pena pikir belaka
Berlimbah masa bersinggung derajat
Sekilas Kartini sebagai wanita
Ia rakyat, tergolong ningrat
Kisahnya atas tanah Jepara
Sukar terima kodrat seorang wanita
Bukan tidak karena merdeka
Tapi seorang diri terus berkaca
Dalam hati “aku berada dimana ?”
Sesaat kobaran semangat memberadakan wanita
Tercipta kepalsuan pahlawan mau dikata
21 April wilad membumi Jawa
Tak sampai seberang pulau dermaga
Apalagi Indonesia
Itu sebelah timur sudah, bukan lagi Jepara, Jawa
Sadarkah limbahan masa, emansipasi pada dirimu
wanita
Kodratmu bangga terjaga
Tak ada kekang, perintah, kewajiban, merendahkan
Melangkah dekade depan dari wacana kelam
Limbahan masa tergolong wanita mengaju banding ningrat
Pemimpin barisan tanpa kodrat dibawa
Sebuah ideologi
Emansipasi wanita
GULANA KARTINI
Oleh: Ahmad Fatahillah
Kumengenal
ibu Kartini lewat cerita
Dia
ibu seluruh manusia
Demi
bangsa Indonesia
Berjuang
untuk kaumnya perempuan bukan untuk waria
Kutahu
ibu Kartini dari sejarah
Keluarga
musnah
Demi
penduduk bangsa Indonesia
Kenapa
oh kenapa ?
Namun
kini ku tlah berjumpa
Citaku
membumbung, terbang dibalik angkasa
Engkau
bunga bangsa Indonesia
Oh
ibu yang harum namanya
Sesosok
ibu Kartini yang nyata
Bidadari
berselendang biangla
Menjunjung
tinggi derajat wanita Indonesia
Namun
emansipasimu sekarang tak bermakna sama
KEBEBASAN WANITA
Oleh: Shofiya Hidayati
Tanggal
21 April diperingati sebagai hari Kartini. Banyak yang mengatakan hari untuk
wanita. Demikian karena pada hari itu kita diajak untuk mengenang kembali
perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak wanita. Telah banyak yang
seorang Kartini lakukan sehingga wanita mendapat tempat dan pengakuan dimuka
umum. R.A. Kartini mempunyai peran penting dalam menciptakan emansipasi wanita.
Emansipasi sendiri terdapat beberapa hal penting yaitu tentang kebebasan.
Dengan adanya emansipasi, kita dibebaskan untuk memilih sesuai keinginan kita. Dalam
hidup kita tidak pernah lepas dari yang namanya pilihan. Terkadang seseorang
melihat pilihan tersebut terbatas ataupun dibatasi. Quote R.A. Kartini “Habis
Gelap Terbitlah Terang” menjadi penggerak bagi kaum wanita untuk berani membuat
pilihan dan memperjuangkan pilihan yang dipilihnya.
Hari
Kartini membuat saya menghargai kesempatan untuk mendalami pilihan yang telah
saya pilih. Membuat saya berani memperjuangkan pilihan sampai saya meraihnya.
Hari Kartini pula mengingatkan saya untuk selalu bersyukur karena saya
dilahirkan sebagai wanita dan dari wanita yang hebat. Dan juga mengajarkan saya
untuk menghormati perempuan-perempuan diluar sana yang sudah memperjuangkan
pilihannya. Menjadi generasi Kartini muda yang lebih baik dan mengispirasi.
Kartini Dan Mimpi Indonesia 2030
Oleh: Alfiatul Khairiyah
R.A kartini telah berperan besar dalam menjunjung tinggi
hak dan pembebasan kaum perempuan dari kungkungan feodalisme yang kental pada
zaman dulu. Ia memiliki pemikiran yang luar biasa pada masanya. Pergolakan
batinnya pada perempuan pribumi melahirkan mimpi besar akan emansipasi wanita yang
telah dibuktikan menjadi sebuah kenyataan. Sehingga perempuan Indonesia bebas
dari belenggu keterbelakangan, baik dari pendidikan dan lainnya. Sosok
perempuan yang futuristik ini kemudian dikenal dan dikenang perjuangannya sebagai
pelopor bangkitnya perempuan pribumi.
Kartini
juga berhasil membuka cakrawala manusia Indonesia dan menciptakan perubahan
pada sistem kultur Indonesia yang kaku melalui pendidikan pada kaum perempuan.
“Kartini adalah orang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia yang menutup zaman
tengah, zaman feodalisme pribumi yang “sakitan” menurut istilah Bung Karno.
Bersamaan dengan batas sejarah pribumi ini, mulai berakhir pula penjajahan kuno
Belanda atas Indonesia dan memasuki babak sejarah penjajahan baru; imperialisme
modern” (Toer, 2009:12).
Hari
ini, tercapai sudah mimpi kartini akan emansipasi wanita di Indonesia lewat
perjungannya. Apalagi mulai bermunculannya atau lahirnya kelompok-kelompok feminisme.
Sehingga, berkembang pulalah perempuan yang berkiprah dan menghiasi dunia
pendidikan, industri, dan lainnya. Perempuan juga mulai berkarir dan dihadapkan
dengan berbagai pilihan pekerjaan layaknya laki-laki. Bahkan, di ruang
pendidikanpun perempuan sudah mulai mendominasi dalam berkontribusi dan
berprestasi serta mengembangakan sumber daya manusia bangsa.
Setelah
langkah awal dilewati, perjuangan membuahkan hasil, ternyata cerita masih belum
usai. Episode masih berlanjut pada langkah selanjutnya. Saat perempuan berhasil
memperjuangkan haknya dan berjuang untuk pembebasannya dari budaya yang kaku. Ada
budaya baru yang tiba tiba masuk dalam kehidupan. Modernisasi merupakan tantangan
baru bagi kaum perempuan untuk menegakkan kembali haknya. Masih terdapat peroblem
klasik yang pada era modernisasi saat ini semakin tidak dapat dihentikan dan
belum mampu terselesaikan.
Kekerasan
terhadap perempuan, problem yang masih berkembang dikalangalangan masyarakat,
khusunya kekerasan seksual. Di Kalimantan Barat, misalnya, kekerasan terhadap
perempuan cenderung meningkat, dari 21 kasus di tahun 2015 menjadi 30 kasus
pada tahun 2016. Kasus ini mencakup kekerasan fisik, seksual, dan verbal
(KOMPAS, 9 Maret 2017). Semakin maraknya kasus yang terjadi pada perempuan
membuat saya berpikir apakah emansipasi wanita pada era ini layaknya cerita
dalam novel Mary Shelley, terdapat tokoh di dalamnya bernama Victor
Farnkenstein yang hanya ingin menghidupkan kembali orang mati, tapi nyatanya makhluk
itu melebihi keinginannya dan menjadi moster yang memangsa pembuatnya sendiri.
Singkatnya, apakah emansipasi wanita telah berkembang melampaui batasnya,
hingga perempuan saat ini rentan menjadi korban kekerasan seksual? Atau malah sebaliknya,
proyek emansispasi wanita belumlah selesai pada titik akhir dan dan masih jauh
dari cita-cita? Saya rasa, kartini-kartini barulah yang mampu menjawab
pertanyaan ini.
Dalam
hal lain, Siti Eni sebagai kordinator lapangan pengurus pusat Federasi
Persatuan Buruh Perjuangan Buruh- Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia
Bandung Raya mengatakan bahwa buruh perempuanlah yang rentan menjadi korban
kekerasan dan kejahatan seksual. (KOMPAS, 9 Maret 2017). Modernisasi,
industrialisasi, dan westernisasi atau eropanisasi merupakan tantangan bagi
perempuan Indonesia saat ini. Dimana,
gaya hidup masyarakat sudah berubah, dari kultur kaku menjadi kultur yang
fleksibel, dari sini berpeluang untuk lahirnya kembali korban-korban kekerasan
seksual pada perempuan terbuka lebar.
Padahal,
Indonesia memiliki komitmen global untuk masuk pada 10 negara besar yang
membawa kesetaraan jender di tahun 2030. Namun, kasus-kasus sebelumnya
menunjukkan bahwa kesetaraan jender Indonesia saat ini masih pincang karena
minimnnya rasa saling menghargai khusunya pada kaum perempuan. Seharusnya, hak
hak perempuan dan pembebasannya dari sebuah perbudakan dibarengi dengan rasa mengahargai
terhadap kaum perempuan.
Kasus perempuan sebagai korban dan objek
kejahatan seksual tidak lain adalah sebuah bentuk ketidakbebasannya kaum
perempuan dan merupakan bentuk perbudakan pada kaum perempuan dalam dimensi
baru yakni pada aspek pemuasan seksual. Oleh karena itu, cerita ini belum usai,
mimpi Kartini masih perlu diperjuangkan dan diteruskan. Siapa Kartini
selanjutnya? Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri sebagai perempuan. agar
mimpi Indonesipun tercapai pada tahun 2030. Selamat berjuang kartinni baru.
(Toer, Pramoedya Ananta. 2009. Panggil Aku Kartini
Saja. Lentera dipantara: Jakarta.)
0 komentar:
Post a Comment